KDRT yang dialami oleh Cut Intan Nabila dari sang suami, Armor Toreador hingga kini masih menjadi bahan perbincangan publik.
Sosok Armor Toreador kini menjadi sasaran hujatan warganet usai ditetapkan sebagai tersangka KDRT kepada Cut Intan Nabila.
Kasus KDRT yang dialami oleh Cut Intan dari Armor ini menuai beragam tanggapan dari sejumlah pihak.
Baru-baru ini, psikolog Novita Tandry mengatakan munculnya KDRT yang dialami Cut Intan dari Armor, merupakan fenomena gunung es.
Di mana, masih banyak kasus KDRT di Indonesia yang belum atau tidak pernah terungkap ke publik.
Untuk itu, Novita menyarankan agar pelaku KDRT mendapatkan hukuman tambahan dari Undang-undang yang berlaku.
"Saya ingin memberikan masukan di sini bahwa kekerasan dalam rumah tangga terlalu sering terjadi ini bak gunung es yang kelihatan cuman di ujungnya doang, sebaiknya hukumannya ditambah," kata Novita seperti dikutip Kilat.com dari kanal YouTube KompasTV Kamis, 15 Agustus 2024.
"Itu terlalu rendah apalagi kalo kita bicara mengenai anak-anak, ini tiga anak gitu," lanjutnya.
Novita juga menyoroti kondisi anak pertama dan kedua Cut Intan yang turut menyaksikan kekerasan yang dialami ibunya dari Armor.
Dirinya meminta agar kedua anak Cut Intan tersebut segera mendapatkan pendampingan psikologis secara jangka panjang.
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan traumatiknya.
"Harus diperhatikan bahwa anak-anak yang pertama dan yang kedua yang sudah cukup besar untuk bisa merekam dengan panca indra mereka, dan ini kalo tidak mendapatkan pendampingan dari psikolog anak yang tepat dan ini bukan cuman jangka pendek tapi ini jangka yang panjang supaya traumatik ini tidak terbawa," ujarnya.
Pasalnya, anak yang sudah memasuki 0 hingga empat tahun, memiliki kemampuan untuk merekam dan menyimpan ingatan dari hasil visual panca inderanya.
Jika tak ada pendampingan dari psikolog, dirinya khawatir kedua anaknya tersebut akan berpotensi menjadi penerus pelaku kekerasan dari Armor.
"Karena anak-anak yang menyaksikan kekerasan dan kerekam di dalam otak mereka, di mana pertumbuhan otak yang paling pesat itu 80 persen di bawah usia lima tahun," ucapnya.
"Kalo ini kerekam, anak-anak juga akan menjadi modeling kan, mencontoh bahwa segala solusi dari masalah adalah kekerasan," sambungnya.
Di sisi lain, dirinya juga menyoroti sikap Cut Intan yang baru berani mengungkapkan KDRT yang dialaminya.
Padahal, KDRT tersebut telah terjadi di sepanjang pernikahan sang selebgram itu selama lima tahun.
"Sebenarnya mulai dari korban sendiri yang harus bicara, kalo sampai lima tahun dalam pernikahan dengan sampai punya tiga anak, dan ini terus menerus terjadi, mestinya korban yang harus bicara," katanya.
"Jadi korban harus tahu haknya sebagai seorang istri dengan adanya penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, dia harus tahu haknya itu, bahwa dia tidak sendirian, dia tidak boleh dibiarkan apalagi sampai lima tahun," tuturnya.(*)
Sumber: kilat
Foto: Cut Intan Nabila dan unggahan video kekerasan yang dialaminya (instagram.com/cut.intannabila)