Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai partai dakwah sangat tidak masuk akal mendukung dinasti Mulyono dengan mengusung Bobby Nasution di Pilkada Sumatera Utama. Selama ini, PKS sangat menentang dinasti politik Mulyono.
“PKS sebagai partai dakwah yang menjunjung nilai, tapi yang parah dan tidak masuk akal adalah PKS bergabung dengan Mulyono yang zalim sebagai penggagas berdirinya partai KIM Plus,” kata Guru Besar UIN Yogyakarta Prof Muhammad Chirzin, Ahad (8/9/2024).
Kata Muhammad Chirzin, alasan politikus PKS Tifatul Sembiring yang memberikan berbagai alasan PKS mendukung Bobby dan bergabung di KIM Plus di Pilkada Jakarta hanya pembenaran atas kebijakan yang dibuatnya tanpa ada alasan mendasar yang jelas. “Itu hal yag wajar, karena dia pengurus PKS, tapi bagi simpatisan PKS yang menjunjung politik nilai alasan itu kurang bisa diterima,” tegasnya.
Muhammad Chirzin mempertanyakan alasan PKS yang membatalkan Anies-Sohibul Iman di saat sudah ada keputusan MK No 60/PUU-XXII/2024. “Ketika semula PKS pasangkan Anies dengan Sohibul Iman lalu tiba-tiba beralih ke KIM Plus, apakah itu bukan sejenis pembatalan perjanjian? Apakah itu sekadar langkah taktis?” ungkapnya.
Ketua Dewan Penasihat PKS Tifatul Sembiring menegaskan bahwa partainya bukan pemuja Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tifatul mengatakan hal ini bisa dibuktikan dari bertahannya PKS selama 10 tahun di luar pemerintahan.
Hal itu disampaikan Tifatul dalam akun X-nya menindaklanjuti cuitan Muhammad Said Didu yang mengaku kecewa terhadap PKS lantaran berbalik arah menjadi pemuja dinasti Joko Widodo. Tifatul menjawab bahwa PKS mengambil keputusan berdasarkan hasil syuro, bukan keputusan sendiri.
“Terima kasih atas sarannya Pak Said yang terhormat, sebagai ‘pengharap’ kepada PKS. Kami ambil keputusan berdasarkan hasil syuro PKS. Bukan instruksi-instruksi Ketum saja,” kata Tifatul dalam cuitannya, dilihat Senin (2/9/2024).
a mengatakan PKS bukan pemuja Jokowi atau dinasti. Menurut dia, Pilkada adalah pilihan taktis, bukan menggambarkan ideologis.
“Kami bukan pemuja Jokowi maupun dinasti. 10 tahun kami bertahan di luar, tolong saling menghargai pilihan masing-masing. Pilkada ini hanya opsi-opsi taktis saja, bukan pilihan ideologis. Ada yang setuju kita lanjut kerjasama, nggak setuju monggo,” katanya.
Sumber: suara
Foto: Muhammad Chirzin (IST)