Selama hampir 10 tahun menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo memiliki kecenderungan menuju sebagai penguasa absolut.
Demikian disampaikan Peneliti LIPI, Prof. Ikrar Nusa Bhakti yang dikutip redaksi melalui akun Youtube Total Politik pada Senin (9/9).
"Jokowi kayaknya bener-bener Raja Jawa yang mana kekuasaan itu adalah tunggal dan tidak terbagi-bagi," kata Ikrar.
Menurut Ikrar, hal itu terlihat bagaimana Presiden Jokowi seenaknya mempermainkan Mahkamah Konstitusi (MK) hingga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Ya pokoknya dia (Jokowi) cawe-cawekan," kata Ikrar.
Istilah Raja Jawa ini dipopulerkan Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia saat Munas Golkar beberapa Waktu lalu.
Bahlil yang merupakan Menteri ESDM ini mengatakan bahwa Golkar harus solid dalam membantu pemerintahan Prabowo-Gibran mendatang.
Bahlil seolah memberi sinyal di balik pemerintahan Prabowo-Gibran ada seorang Raja Jawa yang dianggap memiliki kuasa dan tidak ada satu orangpun yang berani melawan.
"Karena itu pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai kelanjutan dari pemerintahan Jokowi-Maruf Amin. Jadi kita harus lebih paten lagi," kata Bahlil.
"Soalnya Raja Jawa ini kalau kita main-main celaka kita. Saya mau kasih tahu saja, jangan coba main-main barang ini, waduh ini ngeri-ngeri sedap barang ini, saya kasih tahu. Dan sudah banyak, sudah lihat barang ini kan, ya tidak perlu saya ungkapkan lah," tutupnya.
Sumber: rmol
Foto: Peneliti LIPI, Prof. Ikrar Nusa Bhakti/Ist