Disertasi Bahlil Disebut Mirip Laporan Proyek oleh Profesor Kampus Terkenal di Singapura -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Disertasi Bahlil Disebut Mirip Laporan Proyek oleh Profesor Kampus Terkenal di Singapura

Minggu, 20 Oktober 2024 | Oktober 20, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-20T02:40:33Z

Disertasi Bahlil Lahadalia tengah disorot oleh salah satu pegiat media sosial yang merupakan seorang profesor dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Sulfikar Amir.

Profesor Sulfikar Amir melalui akun X @sociotalker menguliti disertasi yang dibuat oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu.

Mulanya Prof Sulfikar mengatakan jika dia baru saja memeriksa disertasi Menteri ESDM. Setelah diperiksa, dosen tersebut mengatakan jika similarity index hanya sebesar 14% yang berarti cukup otentik.

“Barusan ngecek disertasi bahlil. Similarity index 14%, jadi cukup otentik,” tulis Prof Sulfikar Amir dikutip pada Sabtu (19/10/2024).
Setelah menyelami lebih dalam lagi, Prof Sulfikar Amir menyebut jika disertasi yang dibuat Bahlil lebih cocok disebut laporan proyek.

“Setelah itu saya baca isinya, sorry to say ini karya tulis yang lebih pas jadi laporan proyek,” ungkapnya.

Dosen yang pernah mengajar di ITB itu lalu menyebutkan alasan mengapa disertasi Bahlil dirasa kurang layak.

“Kerangka teoretis terasa tempelan, analisis dangkal, gak ada kebaruan yang substansial, mungkin ini standar UI,” bebernya.

Prof. Sulfikar Amir juga mempertanyakan bagaimana Bahlil menyelesaikan disertasi dalam waktu 20 bulan. Dia juga mengatakan kemungkinan adanya pihak lain yang membantu Bahlil menyelesaikan disertasinya itu.

“Cakupan kajian disertasi ini emang komprehensif. Tapi itu yang jadi pertanyaan. Gimana dia mampu menyelesaikan disertasi ini dalam 20 bulan dengan keringat sendiri (termasuk menulis sendiri). Mungkin UI membolehkan ghost writer ya?” sindirnya.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia

Bahkan belum lama ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy juga ikut menyindir Bahlil yang mendapatkan predikat cumlaude hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, padahal Muhadjir mengaku dirinya membutuhkan waktu enam tahun untuk meraih gelar doktor.

Prof Sulfikar Amir mengatakan jika siapapun berhak meraih gelar doktor, namun tentu saja semuanya harus melalui cara dan prosedur yang sesuai dengan standar etika akademik.

Lembaga pendidikan juga menurutnya ikut bertanggung jawab untuk menjaga kredibilitasnya agar tidak semata-mata memberikan gelar dokter dengan cara yang kurang pantas.

“Tanggung jawab lembaga pendidikan untuk menjaga marwah universitas dr orang-orang yang ngejar gelar doktor buat prestis semata tapi hasilnya di bawah standar,” kata Prof Sulfikar Amir.

Sumber: suara
Foto: Bahlil Lahadalia/Net
×
Berita Terbaru Update
close