Wamenlu era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dino Patti Djalal ikut angkat bicara terkait peristiwa pembubaran paksa acara diskusi yang berlangsung di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, pada Sabtu (28/9).
Dino menilai penggunaan preman bayaran untuk melakukan intimidasi terhadap pihak-pihak yang krtis merupakan cara-cara lama.
Di mata Dino, umumnya pola tersebut dilakukan oleh oknum aparat yang mempunyai pemikiran represif, dan tidak pernah memahami bahwa Indonesia kini hidup di era demokrasi.
"Penggunaan preman bayaran + kekerasan utk intimidasi pihak yg kritis/beda pandangan adalah metode lama/klasik yg biasa dilakukan oknum aparat yg mempunyai mindset represif dan tidak pernah paham bhw Indonesia kini hidup dalam era demokrasi dan reformasi," tulis Dino melalui akun X yang dilihat redaksi, Selasa (1/10).
"Kalau memang ada oknum aparat di belakang insiden Hotel Grand Kemang, sudah saatnya mereka diekspos agar kapok," sambungnya.
Untuk diketahui, acara diskusi diaspora dihadiri oleh sejumlah tokoh dan aktivis nasional membahas tentang isu kebangsaan dan kenegaraan.
Beberapa tokoh yang diundang sebagai narasumber, di antaranya pakar hukum tata negara Refly Harun, Din Syamsuddin, Rizal Fadhilah, dan Soenarko.
Acara diskusi yang berlangsung pada Sabtu pagi berujung ricuh setelah sekelompok orang melakukan pembubaran paksa dengan merusak panggung, menyobek backdrop, dan mengancam peserta yang hadir.
Sumber: rmol
Foto: Pembubaran acara diskusi "Silaturahmi Kebangsaan Diaspora bersama Tokoh dan Aktivis Nasional" di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan/Repro