Semaoen, Pendiri PKI yang Ternyata Juga Tokoh Sarekat Islam -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Semaoen, Pendiri PKI yang Ternyata Juga Tokoh Sarekat Islam

Rabu, 16 Oktober 2024 | Oktober 16, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-16T05:22:03Z

PARTAI Komunis Indonesia (PKI) mencatat sejarah kelam pemberontakan. Setelah dinyatakan terlibat dalam gerakan kudeta berdarah 30 September 1965 atau G30S, PKI resminya dinyatakan sebagai partai terlarang dan orang-orangnya dihabisi.

Sebelum pembantaian enam jenderal Angkatan Darat dalam G30S, PKI juga terlibat pemberontakan di Madiun pada 1948 yang menewaskan 24 ribu orang.

PKI adalah partai yang lahir dari organisasi komunis Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV) yang didirikan oleh orang Belanda bernama Henk Sneevliet pada 23 Mei 1914.

ISDV kemudian terus menyebarkan paham komunisme salah satunya melalui organisasi Sarekat Islam. Masuknya paham komunis ke Sarekat Islam menimbulkan perpecahan.

Beberapa tokoh Sarekat Islam bergabung ke ISDV. Hingga pada 1920, ISDV mengadakan kongres di Semarang yang kemudian lahirlah Perserikatan Komunis Hindia (PKH) yang diketuai oleh Semaoen.

Semaoen adalah pria kelahiran Curahmalang, Sumobito, Jombang tahun 1899. Ayahnya adalah seorang tukang batu di perusahaan kereta di Jawa Timur bernama Prawiroatmodjo. Ia salah satu tokoh Sarekat Islam.

Meski berasal dari kaum rendahan, namun Semaoen berhasil menempuh pendidikan di Tweede Klas. Setelah lulus, Semaoen kemudian bekerja sebagai juru tulis di Staatsspoor, sebuah perusahaan kereta api di Surabaya.

Selama bekerja, Semaoen juga aktif ikut dalam Sarekat Islam sebelum akhirnya bertemu Henk Sneevliet. Pertemuannya dengan Henk Sneevliet lah yang membuat Semaoen kemudian mendalami komunis dan bergabung ke ISDV hingga akhirnya menjadi pendiri sekaligus pemimpin PKI yang pertama.

Semaoen menjadi ketua PKI sejak 1920. Namun pada 1921, dirinya sempat digantikan sementara oleh Tan Malaka lantaran dirinya harus pergi ke Uni Soviet guna menghadiri kongres Komunis Internasional.

Semaoen kembali ke Hindia Belanda pada 1922 dengan niat memulihkan pengaruh PKI. Akan tetapi, aksi yang ia lakukan membuatnya ditahan dan diusir menuju ke Belanda pada 1923. Namun sebelum itu, Semaoen telah ditunjuk oleh PKI untuk menjadi perwakilan di Eropa.

Selama di Eropa, Semaoen terus menyebarkan paham komunisme dengan berbagai cara. Mulai dari menjalin hubungan dengan Perhimpunan Indonesia, menerbitkan brosur, hingga siaran radio di Moskow.

Bahkan Semaoen sempat dilarang kembali ke Indonesia karena terlalu paham tentang berbagai hal berkaitan dengan komunis maupun Uni Soviet selama di Eropa.

Akan tetapi, Semaoen akhirnya kembali ke tanah air saat Indonesia telah merdeka. Tepatnya pada 1957 saat Bung Karno melakukan kunjungan pertama kali ke Uni Soviet. Sepulangnya ke Indonesia, hubungan Semaoen dengan PKI telah terputus.

Kemudian pada 1959, Semaoen diberi amanah menjadi wakil ketua Badan Pengawas Kegiatan Wakil Aparatur Negara oleh Bung Karno. Dan pada 1961, Semaoen mendapat gelar doktor honoris causa (HC) dalam ilmu ekonomi dari Universitas Padjajaran Bandung dan menjadi pengajar disana.

Semaoen meninggal pada 7 April 1971 pada usia 72 tahun. Dirinya kemudian dimakamkan pemakaman keluarga R.A Prawiraatmadja, Pasuruan, Jawa Timur.

Sumber: okezone
Foto: Ilustrasi PKI/Net
×
Berita Terbaru Update
close