Langkah Presiden terpilih Prabowo Subianto yang mewacanakan memasukkan banyak menteri dari pemerintahan Joko Widodo ke dalam kabinetnya memunculkan asumsi sebagai politik balas budi.
Meski begitu, Direktur Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia, Andi Yusran memprediksi situasi ini tidak akan bertahan lama.
"Ketika Prabowo merasa balas budi tersebut sudah 'lunas', ia akan mulai memandirikan kebijakan-kebijakannya, termasuk soal perombakan kabinet," kata Andi kepada Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Jumat 11 Oktober 2024.
Lebih lanjut, analis politik Universitas Nasional itu memperkirakan peluang Jokowi untuk tetap menjadi political maker dalam koalisi Prabowo akan semakin kecil.
Alasannya, posisi politik Jokowi akan melemah karena tidak lagi memiliki partai politik yang menopang kekuasaannya setelah masa jabatannya berakhir.
Menurutnya, di titik tersebut, Prabowo akan lebih leluasa dalam menentukan arah kebijakan tanpa harus bergantung pada pengaruh Jokowi.
"Bahkan Jokowi tidak bisa banyak mengharapkan Bahlil, karena Bahlil sendiri memiliki posisi yang lemah di Golkar setelah Jokowi tidak lagi berkuasa," pungkas Andi Yusran.
Sumber: rmol
Foto: Kebersamaan Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih Prabowo/Ist