WASHINGTON-Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin memerintahkan pengerahan aset militer tambahan ke Timur Tengah, kata Pentagon -- markas besar Dephan AS -- pada Jumat (1/11).
"Menteri Pertahanan memerintahkan pengerahan kapal perusak pertahanan rudal balistik tambahan, skuadron pesawat tempur dan pesawat tanker, serta beberapa pesawat pengebom jarak jauh B-52 Angkatan Udara AS," ujar juru bicara Pentagon, Pat Ryder, melalui pernyataan.
Pengerahan tambahan itu, tutur Ryder, dilakukan demi "menjaga komitmen kami untuk melindungi warga dan pasukan AS di Timur Tengah, pertahanan Israel, serta mengurangi ketegangan melalui pencegahan dan diplomasi."
Pasukan tersebut akan mulai tiba dalam beberapa bulan mendatang saat Kelompok Serang Kapal Induk USS Abraham Lincoln bersiap untuk berangkat, kata jubir.
Pernyataan itu muncul di tengah laporan media yang menyebutkan bahwa Iran sedang bersiap menyerang Israel dari wilayah Irak dalam beberapa hari mendatang, kemungkinan sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November.
"Pengerahan ini melanjutkan keputusan baru-baru ini untuk menempatkan sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Israel serta memperkuat kesiagaan Grup Ekspedisi Marinir Amfibi (ARG/MEU) Dephan di Mediterania Timur," kata Ryder.
AS akan mengambil "setiap tindakan yang diperlukan" untuk melindungi warganya jika "Iran, mitra-mitranya, atau proksinya memanfaatkan momen ini untuk menargetkan personel atau kepentingan Amerika di wilayah tersebut," ujarnya.
Israel melakukan serangan pekan lalu terhadap beberapa aset Iran, sebagai pembalasan atas serangan rudal oleh Teheran pada 1 Oktober. Serangan Israel dilaporkan menargetkan fasilitas produksi rudal dan sistem pertahanan udara Iran.
Ketegangan di kawasan itu meningkat akibat serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 43.200 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, setelah serbuan lintas batas oleh kelompok Palestina, Hamas, pada Oktober 2023.
Ketika konflik meluas ke Lebanon melalui serangan mematikan yang dilancarkan Israel di seluruh negeri sejak tahun lalu, sedikitnya sudah 2.900 orang yang terbunuh dan lebih dari 13.000 lainnya terluka, menurut otoritas Lebanon. I tar