Diskusi Kajian Politik Merah Putih pada tanggal 20/11/2024, menarik thema "Serangan Kilat Naga Kuning dari Utara":
Ketika negara dalam bahaya banyak pemimpin suatu negara, lamban dan ragu mengambil keputusan, terlalu hati hati, beresiko keadaan makin memburuk, situasi makin rumit dan membelit untuk diatasi. Kecepatan ambil keputusan dan bertindak akan memberi kekuatan tak terduga.
Naga Kuning telah menyerang lebih cepat di Indonesia, pemimpin dan penguasa negara lamban bertindak mempersiapkan diri untuk mengantisipasi, apalagi melawan, membuat bangsa ini terpantau di laman media sosial hanya terkejut, ribut bereaksi emosional
Langkah trengginas Naga Kuning menyusul manuver cepat dan tiba tiba, muncul kekuatan menguras kekayaan alam, datang TKA asing dengan bebas , muncul bangunan dimana mana atas nama PNS. Semua terlambat baru ada kesadaran keadaan sudah babak belur, melahirkan kepanikan dan kebingungan masyarakat luas.
Keadaan seperti ini seharusnya negara bertindak cepat, pukul balik dengan cepat dengan kekuatan tidak mengenal ampun, dengan aksi cepat tanpa ragu. Keputusan cepat tanpa ragu adalah penghormatan dan momentum tak tertahankan.
Yang terjadi justru semua larut dengan kekuatan Naga Kuning dibantu para monyet hitam yang tolol dan dungu dengan ganas, keji dan kejam menyerang, mengusir kaum pribumi dengan paksa.
Tengok sejarah nya, Jengis Khan pemimpin bangsa Mongol memiliki pasukan paling cepat di planet bumi. Mewariskan ke anak cucunya kemampuan melakukan penaklukan dengan cepat, strateginya sesuai keadaan, yang terorganisir disiplin , taktis, senyap dan mematikan .
Dengan mengambil strategi Bangsa Cina zaman dahulu berupa "lambat - lambat - cepat - cepat". Lambat dalam persiapan dengan teliti sebelum menyerang secara sempurna - lambat merencanakan dan mempersiapkan jebakan, penguasa (Presiden) sampai bisa menjadi budaknya.
Setelah kepala negara harus sowan Xi Jinping lalu datanglah langkah cepat serangan frontal ke Indonesia dari segala arah menguasai Nusantara dengan sempurna. Pasukan anak cucu Jengis Khan tahu bahwa manusia sangat mudah di kuasai dan dibeli dengan uang (angpao).
Dengan berbagai perundingan dan kesepakatan Naga Kuning sangat mengetahui kelemahan pemimpin kita dan ditemukan kelemahannya mudah di jadikan budak dengan angpao. Ketika di serang mendadak semua gagap dan terkejut di PIK 1 tiba tiba sudah negara etnis Cina.
Muncul serangan di PIK 2 , sergapan di Rempang, Sulawesi, Kalimantan dan serangan lanjutan di mana mana, semua berdalih PSN adalah serangan yang tak diperkirakan itulah paling besar dampaknya, Indonesia sudah menjadi negara jajahan.
Sukses strategi Naga Kuning, dengan kekuatan eksekusi kecil di kenal 9 Naga bisa menguasai Nusantara : "bergerak kelompok yang gesit sering kali lebih kecil lebih baik, koordinasi unggulan diantara bagian bagiannya, bisa mengendalikan birokrasi negara dari pusat sampai daerah dan kemampuan mengirim perintah dengan cepat baik ke atas atau ke bawah (baik sipil dan militer)"
Dari sinilah lahir semboyan, Vini, Vidi, Vici (Saya datang, saya lihat saya menang (Yulius Caesar, 100 - 44 SM).
Melalui lobi lobi politik, berlindung dan berdalih kesepakatan kerjasama ekonomi PSN : ".... lambat merencanakan namun cepat dalam melaksanakan. (Napoleon Bonaparte , 1769 - 1822)
Presiden Prabowo Subianto ada kelemahan harus secepatnya di sadarkan kan (tidak peduli beliau Jenderal) bahwa ketika menghadapi musuh yang cepat, satu satunya pertahanan sejati adalah bergerak dan bertindak sama cepat atau lebih cepat.
Ingatlah : ".... tinju yang bisa menjatuhkan Anda bukanlah tinju yang ekstra keras, melainkan tinju yang tepat sasaran dan tidak Anda lihat_."
Itu gambaran serangan kilat pasukan Naga Kuning dari selatan (Taipan Oligarki) dan Monyet hitam (Jongos dan budaknya), mereka sudah menjelma menjadi State Corporate Crime. Mereka adalah pengusaha jahat yang bersekongkol dengan pejabat publik, terdiri dari unsur Legislatif, Eksekutif, Yudikatif, Polri dan TNI.
Presiden Prabowo Subianto ada dua pilihan: lambat bertindak negara hancur atau cepat bertindak untuk menyelamatkan NKRI dalam bahaya kehancuran. (*).
Oleh: Sutoyo Abadi
Koordinator Kajian Politik Merah Putih
______________________________________
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.