Ternyata para nelayan di Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang telah lama memanfaatkan pagar laut untuk mencari nafkah menghidupi keluarga.
Mereka sama sekali tidak terganggu dengan adanya pagar laut itu, karena bisa digunakan untuk budidaya.
Salah satu nelayan dari Desa Sukawali, Wasmin bin Calan mengaku pagar laut sepanjang 7 km di wilayah Desa Sukawali dibangun oleh masyarakat setempat sekitar tahun 2014.
“Awalnya hanya kecil-kecilan, hanya beberapa meter saja, terus tiba-tiba banyak yang membantu dari sana sini, saya kurang tahu dari mana,” kata Wasmin, kepada wartawan, Minggu 26 Januari 2025.
Pagar laut itu, kata dia, sengaja dibangun masyarakat melakukan budidaya. Kerang hijau, kerang batik, cumi-cumi, rajungan, kepiting, biasanya banyak berada di sana. Ini membantu mereka bisa tetap mendapat hasil ketika gelombang besar yang mengharuskan mereka tidak ke tengah laut.
“Jadi untuk sero (semacam rumpon). Kalau rumpon itu di tengah laut, kalau sero itu di pinggir,” kata Wasmin.
Di samping itu, sambungnya, pagar laut juga sebagai upaya masyarakat mencegah abrasi yang semakin hari kian mengkhawatirkan. Ia bersaksi bahwa jarak jalan di Desa Sukawali dengan bibir pantai awalnya 1.200 meter, namun saat ini tinggal 500 meter saja.
“Tahun 1984 itu abrasinya sudah tinggi, per tahunnya itu yang kena abrasi sekitar 30 sampai 50 meter. Waktu itu pada masanya pak lurah Nasir ada pengukuran, jarak jalan raya dengan pantai itu 1.200 meter, itu dari tahun 1984. Sekarang itu jaraknya hanya sekitar 600-700 meter,” jelas Wasmin.
Daratan yang tergerus abrasi tersebut, ungkap Wasmin, dulunya berupa hutan bakau, api-api, maupun empang.
Salah satu nelayan asal Desa Sukawali Harjo Susilo juga mengatakan hal yang sama. Bagi dia, nelayan Sukawali tidak ada masalah dengan pagar laut.
“Kalau warga nelayan Sukawali sebenarnya (pagar) itu tidak mengganggu. Bahkan ada manfaat lain. Selain menahan abrasi juga bisa untuk sero ,” ungkap dia.
Jika dulu ada penahan-penahan tersebut, lanjut Harjo, ada kemungkinan daratan tidak sampai tergerus hingga 500 meter dari garis pantai.
Sementara itu, Ketua Nelayan asal Desa Sukawali, Wawan Setiawan, menjelaskan kalau nelayan itu ada bermacam-macam. “Ada nelayan perahu gardan, perahu pancingan, apolo, nelayan jaring. Jadi ada macam-macam,” jelasnya.
Dikatakan Wawan, nelayan Sukawali adalah nelayan yang mencari ikan di tengah laut.
“Jadi gak main di pinggir laut. Jadi saya rasa nelayan di Sukawali adanya pagar laut tidak merasa terganggu. Tidak ada yang kapalnya jebol karena ada bambu. Kalau yang terganggu itu tukang sodok yang nyari rebon yang di pinggir-pinggir. Itupun sebenarnya gak terlalu terganggu juga,” ungkap Wawan.
Nelayan lainnya Ferdi, mengaku, jika pada saat gelombang laut tinggi, keberadaan pagar laut yang dimanfaatkan untuk selo, cukup membantu dirinya.
“Kalau angin-angin begini kan jarang ke laut. Di situ nyari kaco, kerang hijau juga bisa. Adanya bambu-bambu (pagar) itu sebenarnya gak masalah,” ungkap Ferdi.
Sumber: rmol
Foto: Efek dari viralnya pagar laut membuat sejumlah nelayan di Kabupaten Serang mencabuti bambu-bambu yang mereka tancapkan sebagai media budidaya kerang hijau dan rumput laut/Net