JAKARTA - Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai, ancaman tarif tambahan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebesar 50 persen atas impor dari China memperumit keadaan.
Trump mengancam China, akan mengenakan tarif tambahan pasca-Negeri Tirai Bambu ini memberlakukan tarif timbal balik sebesar 34 persen terhadap AS.
“Mengingat karakter Trump, hal ini memang memperumit keadaan. Namun sebagai figur yang unpredictable, segala hal masih dapat terjadi,” ungkapnya, di Jakarta, Selasa.
Jika China tak membatalkan kenaikan tarif sebesar 34 persen pada hari ini, Trump akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada negara tersebut, yang mulai berlaku pada Rabu (9/3). Selain itu, semua pembicaraan dengan China terkait permintaan pertemuan mereka dengan AS akan dihentikan.
Pemberlakuan tarif 34 persen dari China per 10 April nanti merupakan respons dari tarif timbal balik AS terhadap Beijing yang memberikan tarif sebesar 34 persen juga.
Secara keseluruhan, tarif Pemerintah AS terhadap barang impor dari China mencapai 54 persen.
Sebelumnya, Trump sudah mengenakan tarif tambahan 25 persen untuk mobil yang diproduksi di luar AS mulai 3 April 2025 dan tarif 25 persen pada seluruh impor baja beserta aluminium.
Pemerintahan Trump pun telah mengenakan bea tambahan impor sebesar 20 persen terhadap barang-barang asal China.
Adapun China pada Februari hingga Maret sudah mengumumkan tarif 15 persen untuk impor batu bara dan produk gas alam cair dari AS. Ada pula tarif 10 persen untuk minyak mentah, mesin pertanian, dan mobil bermesin besar.
Selanjutnya, Beijing menetapkan tarif tambahan hingga 15 persen untuk impor produk pertanian utama AS, termasuk ayam, babi, kedelai, dan daging sapi.
China tercatat eksportir terbesar kedua AS setelah Meksiko dan pasar ekspor terbesar ketiga AS, setelah Kanada dan Meksiko.
China tercatat mengekspor 426,9 miliar dolar AS ke AS berupa ponsel pintar, furnitur, mainan dan produk lainnya, tetapi juga membeli produk-produk AS seperti semikonduktor, bahan bakar fosil, barang pertanian dan barang lain senilai 147,8 miliar dolar AS.
“Trump masih bisa menggunakan TikTok dan mungkin Taiwan (sebagai alat tawar menawar) untuk menyelamatkan dunia dari perang dagang dua ekonomi terbesar dunia. Namun tentunya sekarang akan semakin sulit, dampaknya akan kolosal,” kata Lukman. I tar