KONFRONTASI- Kita sudah lama mengikuti kemauan AS dan Eropa yang dengan bantuan Bank Dunia dan IMF serta WTO mengibarkan bendera Globalization/ Freetrade/Free investment. Tentu pengibaran bendera globalization ini awalnya lebih menguntungkan mereka (negara-negara maju) dan bahkan sering merugikan kita. Tetapi waktu berlalu, negara-negara maju khususnya AS ternyata kalah dalam “pertarungan” globalisasi yang mereka sendiri (AS) memulai. Cina misalnya, yang tadinya diperhitungkan akan jadi pasar, konsumen dan tempat berproduksi murah oleh negara-negara maju ternyata malah mampu menjadikan dirinya negara produksi dan eksportir handal kelas dunia.
Jadi AS tidak lagi di “subsidi” oleh negara-negara berkembang makanya kini banting setir ke ''deglobalization''. '' Jadi Kau (AS) yang memulai globalisasi, kau pula yang kini mengakhirinya,'' itu menurut saya.
Faktor kedua, AS sudah lama sekali menikmati USDolar sebagai mata uang dunia dan secara tidak langsung negara lain juga ikut mensubsidi ekonomi AS. Kini dolar mulai digoyang penggunaannya sebagai mata uang dunia makanya Pemerintah AS marah. Apalagi kini China punya Swift Renmimbi Digital yngg lebih canggih dapat sistem pembayaran international yang dikuasai oleh Amerika sehingga AS sebentar sebentar bisa menjatuhkan sanksi terhadap negara lain. Kini embargo dan sanksi-sanksi Amerika makin lumpuh dan tidak efektif. Sebelum AS kehilangan semua “kecanggihan” maka AS mencoba menggunakan kekuatan baru dengan tarif.
Dan Dunia akan mencari equilibrium baru. Kita tidak perlu terlalu heboh. Badai dunia ini pasti berlalu. Semua mata uang akan jatuh dan semua pasar modal juga ambruk. Tapi cepat atau lambat akan kembali lagi pulih. Dan pada gilirannya dolar US$ juga akan mengalami keterpurukan.
Fuad Bawazier, 8 April 2025