Gubernur Bali Minta BPS Tak Masukkan Canang Sebagai Komoditas Inflasi -->
Jum'at 18 Apr 2025

Notification

×
Jum'at, 18 Apr 2025

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Gubernur Bali Minta BPS Tak Masukkan Canang Sebagai Komoditas Inflasi

Kamis, 10 April 2025 | April 10, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-11T11:21:42Z

DENPASAR - Gubernur Bali Wayan Koster meminta Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Sensus Ekonomi nanti tidak memasukkan canang sari sebagai salah satu komoditas yang masuk penghitungan inflasi.

Ia di Denpasar, Rabu, meminta sebaiknya diubah menjadi komoditas janur, bunga, atau pisang sebagai bagian dari bahan-bahan membuat sarana persembahyangan canang sari tersebut.

“Agar BPS tidak memasukkan prasarana upacara di Bali seperti canang dan daksina sebagai faktor inflasi, karena hal itu bagian dari unsur niskala, kalau bahannya seperti busung atau janur, bunga, pisang bisa dijadikan faktor inflasi,” kata Wayan Koster.

Menurut Gubernur Bali perlu dilakukan kajian lebih dalam tentang ekonomi Bali, termasuk memuat canang sari sebagai komoditas inflasi, dimana selama ini sarana sembahyang tersebut kerap kali masuk jajaran penyumbang inflasi setiap jelang hari raya.

Saat ini sendiri Pemprov Bali sedang menjalani transformasi ekonomi melalui konsep Ekonomi Kerthi Bali yang di dalamnya terdapat sektor pertanian organik, kelautan dan perikanan, Industri Kecil Menengah (IKM) hingga Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Bahkan pemerintah daerah sedang mempersiapkan program Sensus Kebudayaan Bali dengan lokasi di Desa Adat.

Gubernur Koster mengatakan sensus ini bertujuan untuk perlindungan kebudayaan Bali, karena Bali dikenal dengan kekayaan dan keunikan budaya-nya yang beragam dan letaknya di desa adat.

"Nanti kita rancang, apakah BPS Bali jadi penyelenggara sensus ini dengan kerja sama atau bagaimana nanti mekanisme, yang jelas data kebudayaan yang ada di desa adat ini harus detail kita miliki sebagai aset," ujarnya.

Pemprov Bali dalam sensus kebudayaan ini juga ingin mendata jumlah penduduk krama Bali untuk mengetahui secara spesifik jumlah dan pendidikan dari anak pertama yaitu yang bernama depan Wayan, Putu, dan Gede; anak kedua yang bernama Made, Nengah, dan Kadek atau Kade; anak ketiga yaitu Komang dan Nyoman; dan anak keempat yaitu Ketut.

Hal ini disampaikan langsung Koster kepada Kepala BPS Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan yang belum lama dilantik.

Agus Gede sendiri merasa bangga karena Gubernur Bali selama ini selalu menggunakan data untuk acuan dalam merancang program pembangunan di Bali.
Maka dari itu, ia datang ke kediaman gubernur untuk meminta izin dan saran dalam menjalankan program statistik. I tar
×
Berita Terbaru Update
close