WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengolok-olok negara yang mengajukan negosiasi tarif impor. Trum mengklaim banyak negara yang memohon kepadanya agar tarif impor dihapuskan atau dikurangi.
Menurut Trump, para pemimpin global bersedia melakukan apa saja untuk negosiasi ulang atau membuat kesepakatan dagang saat tarif Amerika mulai berlaku. Gedung Putih juga mengkonfirmasi bahwa pintu untuk negosiasi perdagangan baru terbuka lebar.
"Negara-negara ini memanggil kita. Mencium pantat saya (kissing my a**). Mereka sangat ingin membuat kesepakatan. Mereka berkata “tolong, tolong tuan, buatlah kesepakatan. Saya akan melakukan apa saja tuan”,” kata Trump kepada sekelompok anggota Partai Republik pada Selasa malam, beberapa jam sebelum tarif mulai berlaku.
Sekretaris Pers, Karoline Leavitt mengatakan Trump siap untuk membuka penawaran. “Telepon terus berdering, ingin berbicara dengan pemerintahan ini, presiden ini dan tim perdagangannya untuk mencoba mencapai kesepakatan," kata sekretaris pers Karoline Leavitt tengah.
Bahkan, pihak yang menelepon Trump atau Gedung Putih bukan hanya pemimpin negara saja. Sejumlah kepala eksekutif dari beberapa perusahaan multinasional terbesar juga melewati jalur belakang yang kuat ke Gedung Putih untuk menekan penghapusan tarif menjelang batas waktu tarif minggu ini.
Sejumlah diplomat AS dan sumber dekat Gedung Putih menyarankan agar memainkan “kartu unik” saat melakukan negosiasi.
"Ide-ide yang dibahas mencakup berbagai macam, dan termasuk tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengamankan kebebasan warga Amerika yang ditahan secara salah di luar negeri, berkomitmen untuk bekerja sama dengan perusahaan kecerdasan buatan AS, membeli lebih banyak energi AS atau memerangi perdagangan narkoba global," menurut lima orang yang mengetahui sesi curah pendapat tersebut.
Beberapa pihak telah mencoba menghubungi Kepala Staf Kepresidenan Susie Wiles, Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Keuangan Scott Bessent.
Wiles dirasa sangat efektif dalam meyakinkan Trump bahwa kekalahan pasar menghabiskan banyak modal politik yang akan dibutuhkannya untuk agenda-agenda mendatang. Apalagi, para anggota parlemen menanggapi seruan konstituen yang semakin marah saat pasar terus merosot.
Juru bicara Gedung Putih Kush Desai mengatakan bahwa pemerintahan menjaga kontak rutin dengan para pemimpin bisnis, kelompok industri, dan warga Amerika biasa. Ia menambahkan bahwa satu-satunya kepentingan khusus yang memandu pengambilan keputusan Presiden Trump, bagaimanapun, adalah kepentingan terbaik rakyat Amerika. I fjr